Tari Tradisional Jawa Barat

tari merak dari jawa barat 300x200 Tari Tradisional Jawa Barattari jaipongan jawa barat 300x212 Tari Tradisional Jawa Barat
Tari Tradisional Jawa Barat :: Negara kita indonesia memang negara yang kaya akan ragam budaya, mulai dari alat musik, lagu daerah, termasuk tari-tarian tradisional nya. Hampir di setiap daerah atau pun provinsi memiliki tarian tradisional nya masing-masing. Salah satu nya provinsi jawa barat yang memiliki cukup banyak tari tradisional nya.
Jawa barat adalah salah satu provinsi di pulau jawa yang mempunyai ragam kesenian khususnya tari tradisional. Beberapa tarian tradisional yang ada di jawa barat diantaranya adalah Tari Jaipong, Tari Merak, dan Tari Topeng Cirebon. Tarian- tarian tersebut tidak hanya sebatas tarian biasa, tetapi memiliki sejarah dan maknanya masing-masing.
a. Tari jaipong
Tari Jaipong merupakan salah satu tarian kebanggan provinsi jawa barat dan bahkan kebanggan indonesia. Karena tak jarang tari jaipong ini sering di ikut sertakan dalam festival-festival tarian dunia di mancanegara. Sehingga tari jaipong tidak hanya dikenal oleh masyarakat jawa barat dan indonesia sendiri, tetapi sudah dikenal baik oleh masyarakat mancanegara. Sering kali setiap prosesi penyambutan tamu dari mancanegara yang datang ke jawa barat, selalu disambut dengan tari jaipong. Tari jaipong sendiri merupakan tarian yang terkenal karena keindahan gerakan nya yang beragam. Meskipun sebagian orang menganggap bahwa tari jaipong adalah tarian erotis. Tapi sebenarnya jika di tarikan dengan baik dan benar, tari jaipong merupakan tarian yang indah, rancak, dan memiliki nilai estetika yang tinggi serta jauh dari kesan erotis.
b. Tari Merak




Tari Merak
Selain tari jaipong, jawa barat juga memiliki tari tradisional yang tak kalah populer nya yaitu tari Merak. Tari merak lebih dominan nuansa kegembiraan nya, sehingga tak heran jika tari merak juga sering dipakai dalam acara penyambutan tamu serta dipergunakan untuk mengiringi pengantin menuju pelaminan dalam acara pernikahan adat sunda. Tari merak ini memang terinspirasi dari keindahan burung merak, karenanya dinamakan tari merak. Para penari nya menggunakan kostum beraneka warna yang memang menjadi ciri khas daripada burung merak ini. selain itu, setiap penari juga dipasangi sebuah mahkota yang menyerupai sebuah kepala merak.
c. Tari Topeng

tari topeng cirebon jawa barat 300x225 Tari Tradisional Jawa Barat

Tari Topeng
Satu lagi tarian tradisional dari jawa barat yaitu Tari Topeng. Tari topeng ini sudah mulai dikenal sejak dulu dan sampai sekarang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Tari topeng sendiri berasal dari Cirebon. Tari topeng ini dimainkan oleh satu atau beberapa orang penari wanita yang menggunakan topeng. Nah, disinilah letak keistimewaan tari Topeng ini. Selama menari, penari menggunakan 3 buah topeng yang berwarna putih, biru dan merak secara bergantian. Topeng putih menggambarkan sifat lembut, topeng biru menggambarkan kelincahan, dan topeng merah menggambarkan sifat buruk dan pemarah. Sehingga karakteristik tarian yang disajikan dalam tari topeng ini berubah-ubah mengikuti topeng yang digunakan penari.
Read More …

Categories:





Seni musik dan suara
A. Angklung

Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang
ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya
angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional.
B. Degung

Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasanya dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu,Gendang, Goong, Kempul, Saron, Bonang, Kacapi, Suling, Rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebagai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya. Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.
C. Rampak gendang

Rampak Gendangmerupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
D. Rengkong

Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur
masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang
yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk
kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi
sampai dengan menuainya.
E. Kuda renggong

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
F. Kecapi suling

Kacapi Sulingadalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh Mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda, yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda. Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
Seni Tarian
A. Tari jaipong
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaituDegung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
B. Tari Ketuk tilu

Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
C. Tari merak

Tari merak merupakan tarian tradisi suku sunda yang menggambarkan burung-burung merak yang sedang menari dengan gembira , tarian ini dibawakan oleh penari wanita-wanita sunda . dan biasanya tarian merak ini dibawakan untuk acara perkawinan ataupun menyambut tamu yang datang berkunjung ke tanah sunda .
D. Tari topeng

Tari topeng ini adalah tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orang penari pria atau wanita, yang menggunakan topeng khas suku sunda , dan biasanya tarian ini untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang , dan sebagai pementasan pada saat acara-acara tertentu .Seperti perkawinan,khitanan,dan sebagainya.
E. Kuda lumping
Kuda Lumpingmerupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.
F. Reog

Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebutReog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan Bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.
G. Wayang golek

Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat, yaitu pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musikDegung lengkap denganSinden nya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, sepertiRamayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
Read More …

Categories:

Kebudayaan Sunda

Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada.

Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (Circum-Sunda Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara.yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Fasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India).

Dengan demikian, bagian Selatan dataran Sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan Sunda Kecil (the lesser Sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur.

Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil. Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura, dan Kalimantan, sedangkan Sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.

Dalam perkembangannya, istilah Sunda digunakan juga dalam konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang Sunda (orang Sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang Sunda, jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria kedua, orang Sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang yang orang tuanya atau leluhurnya orang Sunda, menjadi bukan orang Sunda karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya Sunda dalam hidupnya.

Dalam konteks ini, istilah Sunda, juga dikaitkan secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan Kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomosili di Tanah Sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan-kebudayaan lain.

Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “silih asih, silih asah, dan silih asuh” (saling mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di samping itu, Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka nu susah), dsb.

Strategi budaya
“Silih asih, silih asah, dan silih asuh” (saling mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi), merupakan pameo budaya yang menunjukkan karakter yang khas dari budaya religius Sunda sebagai konsekuensi dari pandangan hidup keagamaannya.

Contoh Kebudayaan Sunda :

Angklung

Gamelan Angklung adalah gamelan berlaras slendro, tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrumen berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang ditambah angklung bambu kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat gamelan yang relatif kecil dan ringan (sehingga mudah dimainkan sambil berprosesi).

Di Bali Selatan gamelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedangkan di Bali Utara mempergunakan 5 nada.

Berdasarkan konteks penggunaaan gamelan ini, serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi:
Angklung klasik/ tradisional dimainkan untuk mengiringi upacara (tanpatari-tarian)
Angklung kebyar dimainkan untuk mengiringi pagelaran tari maupun drama.

Satu barung gamelan angklung bisa berperan keduanya, karena seringkali mempergunakan alat-alat gamelan dan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat luas gamelan ini dikenal sebagai pengiring upacara-upacara Pitra Yadnya (ngaben).

Di sekitar kota Denpasar dan beberapa tempat lainnya, penguburan mayat warga Tionghoa seringkali diiringi dengan Gamelan angklung. menggantikan fungsi gamelan Gong Gede yang dipakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya (odalan) dan upacara lainnya.

Instrumentasi Gamelan angklung terdiri dari:
Jumlah Satuan Instrumen
6-8 pasang yang terdiri dari sepasang jegogan, jublag dan selebihnya pamade dan kantilan
3-4 pencon reyong, untuk Angklung Kebyar mempergunakan 12 pencon
2 buah kendang kecil untuk angklung klasik dan kendang besar angklung kebyar
1 buah tawa -tawa
1 buah kempur kecuali angklung kebyar mempergunakan gong

Wayang Golek

Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan.

Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
Perkembangan

Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll.

Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
Media penyebaran Islam

Menurut dugaan, sebagaimana wayang kulit di daerah Jawa, wayang golek digunakan oleh para wali untuk menyebarkan Islam di Tanah Pasundan. Karena ajaran Hindu sudah cukup akrab di masyarakat Sunda kala itu, cerita Mahabrata dan Ramayana dari Tanah Hindu dimodifikasi untuk mengajarkan Ketauhidan. Misalkan, dalam cerita Mahabharata para dewa punya wewenang yang sangat absolut, sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah maka para wali membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh Semar yang pada akhirnya Semar tersebut turun ke bumi -yang karena kesalahannya- untuk mendampingi setiap kejadian dalam babak Bharata Yuddha baik sebagai penengah atau sebagai eksekutor tokoh yang tidak bisa diajak ke dalam kebaikan.

Jaipongan

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
Sejarah Jaipongan

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Perkembangan

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya “kaleran” (utara).

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni

sumber:http://reptarboiy.wordpress.com
Read More …

Categories:

Rumah Tanggamu Surgaku

Read More …

Categories:

Problem dalam pernikahan memang sering terjadi, tapi bukan berarti masalah boleh menghampiri Anda dan pasangan setiap saat.
Kalau memang ini yang terjadi dalam rumah tangga Anda, maka berhati-hatilah. Coba teliti kembali penyebab persoalan dalam rumah tangga Anda.
Mungkin Anda melakukan satu atau beberapa kesalahan dalam pernikahan, Cobalah Anda telaah seperti yang dijabarkan berikut ini.

1. TIDAK MENGHARGAI
Meskipun pasangan Anda punya kekurangan, jangan menceritakan kepada sahabat atau rekan kerja. Bagaimanapun, pasangan ingin dan harus dihargai baik kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya. Hargailah pasangan seperti halnya Anda ingin dihargai oleh pasangan.
2. TIDAK MENDENGARKAN
Anda pura-pura tidak mendengar saat ia berbicara, Anda justru makin asyik menonton TV, komputer di depan Anda, atau melakukan kegiatan lainnya bahkan pergi meninggalkannya ( beuh… parah). Kalaupun anda mendengarkan ia berbicara atau bercerita, Anda langsung memotong pembicaraannya dan ngotot pada pendirian Anda. Cobalah untuk mendengarkan, karena dengan demikian pasangan akan merasa dihargai.
3. SELALU MERASA BENAR
Dilihat dari perspektif mana pun, Anda merasa pasangan selalu salah, dan Andalah yang tahu bagaimana yang seharusnya. Tidak mau mengakui kesalahan juga termasuk dalam kategori ini. Kalaupun akhirnya mengakui, Anda siap dengan sederet alasan yang ujung-ujungnya tetap menyalahkannya. Sebaiknya, jawab pertanyaannya yang sederhana dengan jawaban yang logis dan simpel, bukan melebar ke masalah lain.
4. KEHIDUPAN SEKSUAL "SURAM"
Setiap kali diajak berhubungan intim, Anda menolak dengan segudang alasan, hal ini dapat membuat pasangan bingung dengan sikap Anda ini, pasangan bisa mengira bahwa Anda sudah tidak menginginkannya lagi. Hati-hati, kehidupan seksual yang nyaris mati bisa mengancam perkawinan. Apalagi, bila usia pernikahan masih tergolong muda. Segera konsultasikan masalah ini kepada dokter, psikolog, atau psikiater untuk menemukan solusi dalam permasalahan seksual Anda dan pasangan.

5. JANJI PALSU
Anda sudah berjanji akan memperbaiki sikap, tapi tetap saja kesalahan yang sama diulang lagi, bahkan bukan hanya sesekali namun berkali-kali. Samakan ucapan dengan perbuatan yang Anda lakukan. Kalau memang tak mau melakukannya, jangan memberi janji palsu, lebih baik berterus terang kepadanya.
6. TIDAK PEKA
Ketika dia mengatakan bahwa ucapan Anda sudah membuat hatinya terluka atau tidak seharusnya diungkapkan, sebaiknya hentikan kata-kata Anda. Hargai perasaannya, bukan malah mengatakan bahwa ia punya selera humor yang jelek atau terlalu sensitif.

7. TIDAK JUJUR
Hindari kebiasaan berbohong atau menyimpan rahasia pada pasangan. Sekali berbohong, tak jarang, Anda harus melakukannya lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Sehingga, lama-kelamaan Anda makin lihai. Hati-hati, ini bisa merusak rasa saling percaya.
8. KEBIASAAN BURUK
Meski tahu punya kebiasaan buruk, tetap saja Anda melakukannya. Padahal, pasangan sudah gerah pada sikap Anda dan sudah berulang kali memberitahu Anda. Misalnya, Anda selalu membuatnya menunggu berjam-jam setiap kali membuat janji bertemu, dandan terlalu lama, atau malas membereskan rumah yang berantakan. Rubahlah sedikit demi sedikit kebiasaan buruk Anda, hal ini dapat membawa dampak positif, bukan hanya terhadap hubungan Anda dan pasangan, tapi juga terhadap kehidupan sehari-hari Anda.
9. TEMPERAMENTAL
Belum selesai pasangan menjelaskan alasan, Anda sudah mencak-mencak tak keruan dan menuduhnya macam-macam. Buntutnya, sering kali Anda yang malu sendiri karena ternyata situasinya tidak seperti yang Anda kira. Sebaiknya, biasakan meredam emosi dan cobalah mendengarkan pasangan disaat ia menjelaskan, sehingga persoalan bisa didiskusikan dengan pikiran jernih dan suasana tenang.

10. EGOIS
Anda boleh membeli tas dan sepatu mahal kapan pun Anda mau, tapi mengomel ketika pasangan membeli tas untuk menggantikan miliknya yang sudah kusam dan lama. Anda juga tak suka bila ada keluarga dan teman dari pasangan yang berkunjung ke rumah karena malas harus menjamu mereka. Tapi bila pasangan mengajak nonton film ke bioskop, Anda sering menolak, tapi selalu memaksanya menemani Anda berbelanja. Cobalah untuk tidak bersikap egois, tetap hargai keinginan pasangan seperti hal nya Anda ingin dihargai olehnya.
Read More …

Categories:

 Pesona tembang cinta dan warna-warni dari Jawa Barat (Bagian I)


Dahulu, ngaras merupakan ungkapan rasa hormat dan rasa terima kasih atas kebaikan orangtua dari anak yang akan pergi jauh atau merantau untuk waktu yang lama. Kini, ngaras dilakukan dalam pernikahan adat Sunda sebagai ungkapan rasa hormat anak kepada ayah dan ibu, sehingga mendapatkan barokah (berkah) dan restu lahir batin dari ayah ibunya.
Teks: Khanua Utama

Sejak dahulu pernikahan memang menjadi babak terpenting dalam perjalanan kehidupan manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk membuat pesta pernikahan menjadi meriah dan tak terlupakan. Terkikis oleh waktu dan zaman, prosesi pernikahan di Indonesia menjadi lebih sederhana dan modern. Banyak pasangan yang "memotong" prosesi agar lebih mudah dan cepat, atau mengurangi prosesnya karena dianggap tidak terlalu penting. Saat ini, semakin banyak pasangan yang lebih menyukai pernikahan ala negara barat karena dianggap lebih modern dan prosesnya cukup kilat. Salah satu prosesi pernikahan adat yang mulai tergerus modernisasi adalah pernikahan adat Sunda. Menurut Drs. M. Rachmat Sastradipradja, atau yang lebih dikenal dengan Mang Rachmat yang bergelut di bidang kesenian Sunda sejak tahun 1968 ini, musik dan lagu dalam pernikahan adat Sunda, sudah mulai diganti dengan lagu dangdut yang dianggap lebih populer dan menghibur. Padahal menurut Mang Rachmat dengan melakukan prosesi pernikahan tradisional yang sesuai dengan adat istiadat, sama dengan meneruskan dan menjaga budaya leluhur yang sangat berharga. Sesuatu yang seharusnya tak kita biarkan hilang ditelan kemajuan zaman. Bagi pria yang telah membantu kurang lebih ratusan pernikahan adat Sunda, termasuk anak para petinggi negara dan selebritis ini, prosesi pernikahan adat Sunda sendiri adalah proses pernikahan sakral yang dibungkus dengan humor dan biayanya sama sekali tidak mahal. Adapun susunan rangkaian acara pernikahan adat Sunda dapat dilihat di bawah ini:
Satu hari sebelum hari-H

NGARAS
Ngaras adalah kegiatan mencuci kaki orangtua. Ngaras dilakukan dalam perkawinan adat Sunda gaya Sukapura. Ngaras dilakukan sebagai ungkapan rasa hormat anak kepada ayah dan ibu agar mendapatkan barokah (berkah) dan restu lahir batin dari kedua orangtuanya. Sehingga dapat hidup rukun, damai dan bahagia seperti halnya yang dijalani orangtua mereka.
SIRAMAN
Setelah selesai acara ngaras, maka calon mempelai masuk kembali ke kamar pengantin. Kemudian keluar lagi, sudah dengan pakaian khusus yang dibimbing ayah dan ibu menuju tempat siraman. Kemudian calon pengantin didudukkan. Sebelum siraman dilakukan, calon mempelai diazankan terlebih dahuhu. Baru kemudian dilakukan penyiraman yang berlangsung selama sekitar 30 menit. Makna disuarakan azan adalah sebagai pengingat bahwa pernikahan merupakan suatu peristiwa penting yang sama halnya dengan kelahiran dan kematian. Azan juga dimaksudkan sebagai bekal agar tidak lupa akan masa yang akan datang dan mengingatkan bahwa pada saatnya nanti, manusia akan berpulang. Sementara siraman memiliki makna yaitu menyucikan diri, lahir batin menjelang pernikahan yang akan dilakukan atas dasar niat baik. Air siraman, berupa air putih yang diberi bunga 7 rupa, termasuk bunga mawar, melati, cempaka dan potongan daun pandan. Untuk busana dan riasan, umumnya sederhana. Pakaian berupa kain panjang atau kemben. Bila ingin terlihat lebih mewah dapat ditambahkan rompi dari bunga melati. Acara siraman diiringi dengan musik kecapi dan tembang-tembang Sunda selama 10-30 menit.
SESERAHAN
Usai upacara siraman, upacara dilanjutkan dengan upacara seserahan yaitu upacara pranikah yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari upacara lamaran. Proses upacara seserahan dimulai dari mempelai wanita dan keluarganya bersiap-siap menanti kedatangan calon mempelai pria. Makna utama seserahan adalah menyerahkan calon mempelai pria kepada keluarga calon mempelai wanita. "Bukan hanya menyerahkan barang, Barang hanya sebagai sambilan saja," ujar Mang Rachmat. Ketika calon mempelai pria dan rombongan datang, wakil dari keluarga calon perempuan siap menyambut dan mempersilakan rombongan menempati tempat yang telah disediakan. Penuntun acara adat mempersilakan juru bicara keluarga calon mempelai pria mengutarakan maksud kedatangannya. Selanjutnya, penuntun acara adat akan meminta juru bicara calon mempelai wanita untuk memberi jawaban.
NGEUYEUK SEUREUH
Ngeuyeuk Seureuh adalah peragaan mengenai bagaimana menjalani hidup berumah tangga lewat berbagai barang perlengkapan ngeuyeuk seureuh yang dibawa ketika upacara seserahan dan terhampar di hadapan mempelai dan orang tua. Acara ini Ngeyeuk Seureuh dibimbing oleh kokolot upacara dan diiringi tembang Sunda dengan dihadiri oleh kedua keluarga atau undangan. Perlengkapan ngeuyeuk seureuh terdiri dari minimal 25 macam barang yang ditutup dengan kain putih. Pada acara ngeuyeuk seureuh juga dijelaskan arti barang-barang yang diselimuti kain putih ini lewat tembang-tembang Sunda yang diiringi instrumen kecapi. Acara penutup ini berlangsung selama lebih kurang satu jam. Beberapa contoh kegiatan dalam prosesi ngeuyeuk seureuh adalah:

a. Disawer beras, artinya agar pasangan mempelai hidup sejahtera
b. Dikeprak (dipukul) dengan sapu lidi, yang disertai dengan nasihat agar mempelai harus saling memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
c. Membuka kain putih penutup pengeuyeuk, melambangkan rumah tangga yang akan dibina oleh mempelai masih bersih dan belum ternoda.
d. Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria), yang memiliki makna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
e. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer, melambangkan berlomba mencari rezeki dan disayang keluarga.
Read More …

Categories:

Keagungan Warisan Leluhur


UPACARA SIRAMAN


Upacara siraman dilaksanakan satu hari sebelum upacara ijab. Kata siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Jika dahulu upacara siraman dilakukan pagi hari sekitar pukul 10.00, sekarang ini upacara tersebut dilakukan sore sekitar pukul 16.00. Tujuannya supaya bisa langsung dilanjutkan dengan upacara midodareni.

UPACARA NGERIK
Upacara ngerik yaitu menghilangkan wulu kalong (bulu-bulu halus) yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya. Upacara ini bertujuan agar calon pengantin sungguh-sungguh bersih lahir dan batin, serta sebagai simbol membuang sebel (sial).

UPACARA MIDODARENI
Upacara midodareni dilaksanakan pada sore hari menjelang akad sekitar pukul 18.00 sampai pukul 24.00 usai siraman dan ngerik. Calon pengantin putri tidak diperkenankan tidur dan keluar dari kamar pengantin. Calon pengantin mengadakan tirakatan, didampingi orangtua dan para sesepuh. Tirakatan bertujuan agar calon pengantin berlaku prihatin dan berlatih mengendalikan diri, diiringi permohonan kepada Tuhan agar melimpahkan anuerah-Nya, sambil menunggu turunnya Sang Bidadari yang cantik dan tinggal di kahyangan, tepat pukul 24.00.
UPACARA IJAB
Keesokan harinya baru dilakukan upacara ijab atau akad nikah. Dengan dilaksanakannya ijab, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.
UPACARA PANGGIH
Upacara panggih merupakan puncak dari rangkaian upacara adat perkawinan. Rangkaian acara yang ada dalam upacara panggih meliputi penyerahan sanggan yang lazim disebut tebusan, keluarnya mempelai wanita dari kamar pengantin yang didahului kembar mayang, lempar sirih atau balang-balangan suruh, wijikan dan memecah telur. Kemudian kedua pengantin berjalan bergandengan kelingking menuju pelaminan, Kacar-kucur atau tampa kaya, Dhahar klimah, penjemputan orangtua mempelai pria atau besan, dan terakhir dilakukan sungkeman.

Read More …

Categories:

Keagungan Warisan Leluhur

Kekayaan budaya di tanah Jawa dapat disimak lewat upacara pernikahan adatnya yang unik dan penuh makna. Aneka ragam tradisi dan bentuk-bentuk perkawinan yang menjadi bagian dari adat masing-masing wilayah, termasuk wilayah Yogyakarta. Bagian dari Yogyakarta yaitu Kotagede pernah menjadi pusat kesultanan Mataram antara tahun 1575-1640. Tak heran jika gaya busana dan prosesi pernikahan Yogyakarta merupakan warisan leluhur yaitu kerajaan Mataram.
Teks: Ratri Suyani

Warisan budaya yang unik dan sarat makna ini juga melibatkan seluruh keluarga besar calon mempelai dalam setiap ritual prosesi pernikahan. Hal ini mengingat pernikahan tidak sekadar menyatukan dua insan manusia, tapi juga menyatukan dua keluarga besar. Berikut kami tampilkan tata urutan beserta komponen-komponen adat pernikahan gaya Jawa Yogyakarta yang lazim dilaksanakan oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
NONTONI
Tata cara ini dilakukan untuk mengetahui bibit, bebet dan bobot atau untuk mengetahui asal-usul dan latar belakang calon mempelai. Namun di masa sekarang, kebanyakan calon pengantin sudah saling mengenal pasangannya sendiri tanpa dijodohkan oleh orang tua.
LAMARAN
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Mereka membawa oleh-oleh yang telah diletakan dan dibawa oleh dua orang pria. Makanan yang dibawa biasanya terbuat dari beras ketan seperti jadah, wajik, rengginang, pisang raja, gula, teh, lauk-pauk dan masih banyak lagi. Makanan dari ketan mengandung makna agar kelak kedua mempelai tetap rukun, kekal dan pliket (lengket) satu sama lain, serta hubungan kedua besan juga tetap akrab.
JAWABAN
Jika lamaran diterima, maka pihak orangtua calon mempelai wanita mengirimkan utusan untuk memberikan jawaban atas lamaran dari pihak calon mempelai pria. Setelah ada kesepakatan waktu dari kedua belah pihak, utusan tersebut datang dan memberikan jawaban bahwa lamaran si pria diterima. Utusan tersebut membawa oleh-oleh sebagai balasan untuk mempererat persaudaraan. Setelah lamaran diterima, kedua belah pihak sama-sama merundingkan hari, tanggal dan waktu dilaksanakan peningsetan.
PENINGSETAN
Peningsetan mengandung arti bahwa kedua belah pihak bersepakat untuk menjadi besan atau bersedia untuk menjadi calon menantu. Kata peningsetan berasal dari kata peningset yang artinya pengikat.
UPACARA TARUB
Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi. Perlengkapan utama yang dibutuhkan dalam tarub adalah tuwuhan (hiasan dari dua pohon pisang yang sedang berbuah, kelapa gading, untaian padi, tebu wulung, daun beringin, dan daun dadap srep. Setelah selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa untuk menutupi rumah yang ada tutup keyongnya (rumah berbentuk limasan/runcing dengan lubang berbentuk segitiga di bawahnya). Penasangan bleketepe bertujuan untuk menolak bala. Tak lupa sajen tarub yang dimakan bersama setelah pemasangan tarub, tuwuhan dan bleketepe selesai. Menurut tradisi jawa, pemasangan tarub beserta tuwuhan dan bleketepe dilaksanakan berdasarkan perhitungan waktu, hari dan tanggal yang cermat. Pelaksanaannya biasanya bersamaan dengan berlangsungnya upacara siraman, hanya waktunya saja yang berbeda. Misalnya, jika pasang tarub dilakukan pukul 09.00, upacara siraman dilakukan pukul 16.00.
UPACARA NYANTRI
Dahulu, diadakan pula upacara nyantri yang dilakukan 1-3 hari sebelum acara ijab. Calon mempelai pria diserahkan kepada orangtua calon mempelai wanita. Kemudian calon mempelai pria dititipkan di rumah salah satu saudara atau tetangga keluarga calon mempelai wanita. Nyantri dilakukan untuk menghindari terjadinya pindah wutah atau calon mempelai pria tidak datang pada hari pernikahan.
Read More …

Categories:

Kemeriahan Gaya Betawi

Masyarakat Betawi memiliki sejarah panjang sebagaimana terbentuknya kota Jakarta sebagai tempat domisili asalnya. Sebagai sebuah kota dagang yang ramai, Sunda Kelapa (nama Jakarta tempo dulu) disinggahi oleh berbagai suku bangsa. Penggalan budaya Arab, India, Cina, Sunda, Jawa, Eropa, dan Melayu seakan berbaur menjadi bagian dari karakteristik kebudayaan Betawi masa kini. Tradisi budaya Betawi laksana campursari dari beragam budaya dan elemen etnik masa silam yang secara utuh menjadi budaya Betawi kini. Kemeriahan budaya Betawi juga terwakili melalui tata cara pernikahan Betawi.
Teks: Ratri Suyani
Pada tata cara pernikahan Betawi, ada banyak serangkaian prosesi. Berikut kami paparkan rangkaian upacara pernikahan gaya Betawi yang masih dilakoni oleh sebagian besar masyarakat Betawi.
NGEDELENGIN
Didahului masa perkenalan melalui mak comblang yang disebut Ngedelengin. Ngedelengin bisa dilakukan beberapa kali dan dalam jangka waktu bervariasi mulai dari satu atau dua bulan sampai satu tahun. Hal ini sedikit banyak tergantung pada kesigapan si gadis menghadapi jenjang pernikahan. Namun seiring dengan kemajuan jaman, fungsi mak comblang dan proses ngedelengin sudah jarang diperlukan. Pasalnya, si pria sudah bisa menemukan tambatan hati sendiri, sekaligus memiliki kesanggupan untuk menentukan pilihannya untuk menuju mahligai perkawinan.



NGELAMAR
Ngelamar merupakan pernyataan resmi dari pihak keluarga laki-laki untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai perempuan. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib seperti uang sembah lamaran, baju atau bahan pakaian wanita, serta beberapa perlengkapan melamar lainnya. Setelah Ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon mendahului kakaknya), dan kekudang (makanan kesukaan calon mempelai wanita). Apabila bawa tande putus telah disepakati, maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal apa dan berapa banyak tande putus serta segala hal yang berkaitan dengan acara pernikahan.
BAWA TANDE PUTUS
Acara ini hampir mirip dengan acara pertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekadarnya, serta aneka rupa kue. Tande putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain. Begitu pula dengan calon tuan mantu atau si pemuda. Setelah tande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan tanggal dan hari pernikahan.


PIARE CALON NONE PENGANTEN
Setelah pembicaraan persiapan pernikahan selesai, kemudian calon pengantin wanita akan dipiare (dipelihara) oleh tukang piare. Tujuannya yaitu untuk mengontrol kegiatan, kesehatan dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantangan makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita.

SIRAMAN, DITANGAS, NGERIK DAN MALEM PACAR
Acara siraman atau memandikan calon mempelai wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Setelah acara siraman, calon mempelai wanita menjalani upacara tangas (semacam mandi uap). Perawatan dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada saat hari pernikahan. Berikutnya adalah prosesi ngerik atau mencukur bulu kalong dan membuatkan centung pada rambut di kedua sisi pipi di depan telinga. Kemudian dilanjutkan dengan malem pacar, malam dimana mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan pacar.


AKAD NIKAH
Puncak adat Betawi adalah Akad nikah. Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi menjelang akad nikah. Diiringi suara petasan, rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain rebana yang menyanyikan lagu berbahasa Arab). Bahkan dahulu, rombongan calon mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing.



BUKA PALANG PINTU
Sesampainya di depan rumah terlebih dulu diadakan prosesi buka palang pintu, berupa berbalas pantun dan adu silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat, jago dari pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan mempelai pria.


DI PUADE
Selain itu ada pula prosesi di puade. Setelah kedua mempelai duduk di puade (pelaminan), tukang rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita. Selanjutnya mempelai pria memberikan sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam sirih diselipkan uang sebagai uang sembe (seserahan).




Read More …

Categories:

Keagungan Pernikahan Budaya Jawa (Bagian II)


BABAK IV (TAHAPAN RANGKAIAN UPACARA)
a. Pasang Tratag dan Tarub
Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
c. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan.

d. Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.


e. Adol Dhawet (Jual dawet)
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan pecahan genting sebagai uang.




f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.
i. Nyantri atau Nyatrik
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya. Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan.
Read More …

Categories:

Pesona tembang cinta dan warna-warni dari Jawa Barat (Bagian II - Tamat)


Saat hari-H

SABDA NIKAH DAN MAKNANYA

Setelah akad nikah selesai, acara dilanjutkan dengan serangkaian upacara sabda nikah yang dilakukan untuk memeriahkan pesta pernikahan. Upacara ini dilakukan setelah pasangan pengantin resmi menjadi suami istri dan merupakan puncak dari prosesi upacara pernikahan adat Sunda. Upacara sabda nikah meliputi:
* Sembah sungkem
Prosesi sembah sungkem sebenarnya mirip dengan prosesi ngaras. Perbedaannya, ngaras dilakukan seorang calon mempelai pengantin, sedangkan pada acara sembah sungkem kedua mempelai yang sudah resmi menikah melakukannya bersama-sama di hadapan kedua orangtua.

* Melepas burung merpati
Setelah melakukan sembah sungkem, mempelai diajak keluar rumah. Kemudian ibu mertua dari mempelai pria mengambil merpati jantan dan ibu dari mempelai wanita mengambil merpati betina yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian merpati tersebut dilepaskan ke angkasa.

* Sawer pengantin
Sawer pengantin adalah nasihat berupa tembang dan nyanyian kepada kedua mempelai. Sebelum melakukan sawer pengantin, biasanya penuntun acara adat sudah menjelaskan "aturan mainnya" terlebih dahulu kepada pasangan pengantin. Pada saat sawer pengantin, orangtua memiliki kesempatan terakhir untuk memberikan nasihat sebelum menyerahkan pengantin perempuan kepada suaminya. Alat-alat yang diperlukan biasanya berupa payung besar, bokor berisi uang emas, uang logam, kunyit yang diiris-iris dan permen.

* Menginjak telur dan mencuci kaki
Ritual menginjak telur dan mencuci kaki melambangkan keturunan. Bila dalam acara tersebut telur yang diinjak pecah, pengantin akan segera memperoleh keturunan. Sementara mencuci kaki adalah melambangkan penyucian diri dari berbagai hal negatif.

* Membakar harupat (lidi) dan memecah kendi
Harupat harus dibakar sampai menyala dan ditiup bersama-sama. Melalui ritual membakar harupat, diharapkan kedua mempelai mau saling mengalah. Sementara ritual memecahkan kendi bermakna bahwa keduanya harus bekerja sama untuk mencapai tujuan.

* Buka pintu
Buka pintu memiliki makna penting khususnya dalam kehidupan bertetangga. Sebelum bergaul dengan tetangga, kita tentu harus membuka pintu terlebih dahulu agar diterima sebagai bagian dari lingkungan kita.
* Huap lingklung
Huap Lingklung dan huap deudeuh (kasih sayang). Artinya, kedua pengantin disuapi oleh kedua orangtuanya masing-masing sebagai tanda kasih sayang dari orangtua yang terakhir kali. Kemudian masing-masing mempelai saling menyuapi sebagai tanda kasih sayang. Acara huap lingklung diakhiri dengan saling menarik bakakak (ayam utuh yang telah dibakar). Mempelai yang mendapatkan bagian terbesar konon akan mendapatkan banyak rezeki.
PENYAMBUTAN TAMU AGUNG
Setelah rangkaian upacara adat selesai, acara dilanjutkan dengan penyambutan tamu agung yang dapat dilakukan di rumah maupun di gedung. Kedua mempelai beserta keluarga di pintu gedung sudah siap disambut oleh mang lengser, enam penari tabur bunga, enam orang penari umbul-umbul, sepasang penari persembahan, dua orang pembawa kujang, dan seorang pembawa payung kuning. Pada saat para penari menari, penuntun acara adat menceritakan hal-hal baik dari kedua mempelai berdasarkan hasil mewawancarai mereka sebelumnya. Biasanya pengantin cenderung bahagia mendengarkan ini. Saat kedua mempelai dan kedua orangtua naik pelaminan, keluarga pengiring berbelok menuju tempat yang telah tersedia. Kemudian masuk tari khusus persembahan oleh penari pasangan (apa maksudnya: kemudian masuk sepasang penari menarikan tarian khusus persempahan? Atau kemudian masuk sepasang penari menarikan tarian khusus sebagai persembahan bagi kedua mempelai?). Mertua wanita dipersilakan menyerahkan buket bunga kepada menantu wanita. Sedangkan mertua laki-laki dipersilakan memasangkan keris kepada menantu laki-laki. Setelah penyambutan tamu agung selesai, acara dilanjutkan dengan sambutan atas nama kedua keluarga dan ditutup dengan doa. Selanjutnya, penuntun acara akan mempersilakan para tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat dan acara resepsi (hiburan dan makan malam) dilanjutkan.
Read More …

Categories:

Keagungan Pernikahan Budaya Jawa (Bagian III - Tamat)


BABAK V (PUNCAK ACARA)

Puncak dari rangkaian acara dan merupakan inti acara.

a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.

b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:

Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.

Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.

Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

• Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.

• Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.

Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.


Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan.

Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.

Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.

Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.




c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.

d. Tumplek Punjen

Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.

e. Sungkeman

sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.

f. Kirab
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. 

Sumber: Tata Upacara Pengantin Adat Jawa oleh Drs. HR. Sumarsono 
Read More …

Categories: